Senin, 13 Juni 2011

george

george is the son of a rice seller goreng.meskipun george live in simplicity she was very thankful to god that most agung.dia is the smartest student in school, not strange that she always get the rank 3 besar.dia also includes graduate students this year in private school located in the district pati.dalam the graduates that he got rank 1. during the registration period go to college has tiba.nasib another said, george can not continue because the economy fektor family and to his parents who has been ill.
he who formed the backbone of the family now, by working as a coolie pelvis in pasar.walaupun another said her fate, he remains optimistic that want to get into college city with their independence.

cerita 4 bapak

Darsono, Wardi, Sugeng dan Jono janjian mengadakan
reuni di Restoran yang ada tempat Karaokenya. Sambil
makan, mereka berempat ber-bincang2 sambil bernostalgia.
Setelah makan Darsono pamit meninggalkan teman2nya
sebentar untuk nyanyi karaoke, “Minta lagu apa Rek?
Dangdut?”
Sambil mendengarkan Darsono nyanyi, teman2nya
melanjutkan obrolan mereka.
“Bagaimana anak anakmu Geng?” tanya Wardi ke Sugeng.

Selasa, 07 Juni 2011

Cara Membuat Hidup Bahagia, Berarti, Sehat, Sukses Dan Bermanfaat

Setiap orang ingin hidup bahagia dan punya arti yang baik bagi orang-orang di sekelilingnya. Untuk itulah dibutuhkan suatu sikap dan perilaku yang mengarah ke arah yang baik dan menghindari yang dapat menyebabkan hal buruk pada kita. Orang yang bahagia adalah orang yang berkecukupan, diterima orang-orang di sekitarnya, bermanfaat bagi orang lain, dan bisa menggapai cita-citanya yang mungkin setinggi langit.

Beberapa Cara Untuk Mencapai Kebahagiaan Semasa Hidup Di Dunia :

1. Punya Impian/Mimpi Baik Yang Hendak Diraih Dan Berusaha Meraihnya

Untuk hidup lebih berarti kita harus punya sesuatu yang ingin kita capai dalam hidup kita dan impian itu harus bagus, megah, besar, indah, keren dan tidak jahat. Contohnya ingin membuat bahagia semua orang di dunia, ingin masuk surga, ingin jadi bintang film terkenal, ingin juara olimpiade, dan lain-lain. Yang pasti harus realistis dan dapat dicapai dengan kerja keras.

2. Menjalankan Ajaran Agama Atau Kepercayaan Yang Dianut

Buat apa kita hidup di dunia jika setelah kita mati kita masuk neraka? Lebih baik mati saja tidak pernah dilahirkan jika nanti setelah kita bangun dari kematian, ternyata kita divonis masuk neraka oleh Tuhan kita.

3. Hidup Sederhana Tidak Berlebihan, Mandiri Dan Berbagi Dengan Sesama

Kita tidak boleh manja dan menggantungkan hidup pada orang lain seperti orang tua, saudara, kakak, adik, pacar, teman, saudara, dan lain-lain. Untuk dapat hidup bahagia dalam berbagai situasi dan kondisi kita harus dapat hidup berdiri sendiri tanpa campur tangan orang lain dalam hidup kita. Hidup yang baik adalah hidup yang sederhana sesuai kebutuhan tidak bermegah-megahan dengan gaya hidup hemat dan senang berbagi rejeki kita dengan orang lain yang membutuhkan pertolongan kita.

4. Mengutamakan Keluarga Daripada Orang Lain

Bagaimanapun juga keluarga dekat harus kita tolong dan kita bina terlebih dulu dari pihak lain karena keluarga adalah orang-orang yang paling dekat dengan kita dengan ikatan yang tidak akan hilang hingga akhir hayat kita.

5. Menikah Dengan Orang Yang Tepat Dan Saling Mendukung

Temukan dan ikat seseorang yang sesuai dengan keinginan kita yang penting dia baik dan bisa mendukung kita di kala suka maupun duka dengan didasari rasa cinta pada kita. Salah pilih pasangan hidup, akan membuat kita menderita lahir dan batin sepanjang hidup kita yang memicu perceraian. Kasihan anak-anak kita jika kita selalu bermasalah dengan suami atau isteri kita.

6. Menjadi Orang Baik Dan Cerdas Serta Memusuhi Kejahatan

Untuk hidup yang memiliki arti dan manfaat bagi orang lain, kita harus menjadi orang baik-baik, suka membantu orang lain, dermawan, rendah hati, sabar, suka menolong, suka berbagi, berinteraksi sehat, dan perilaku bagus lain. Apabila orang lain suka dengan kita maka mereka akan senang membantu kita di kala kita kesusahan. Jadilah orang yang pandai dan cerdik agar jika dijahati orang kita bisa mengantisipasinya dengan baik. Kejahatan bagaimanapun bentuknya harus kita berantas hingga ke akar-akarnya agar tidak membahayakan kita dan keluarga serta keturunan kita nantinya.

7. Berteman Dengan Orang-Orang Baik Dan Menginsyafkan Yang Jahat

Orang yang berteman dengan tukang minyak wangi akan ikut jadi wangi, sedangkan orang yang berkawan dengan tukang gali comberan kotor akan ikut terciprat bau yang busuk kurang sedap di hidung. Lebih baik berkawan dengan orang baik daripada penjahat karena penjahat dapat jadi musuh jika mereka bosan dengan kita. Oleh karena itu kita harus mengubah orang yang jahat jadi baik.

8. Memiliki Penghasilan Yang Cukup Dan Ada Yang Pasif

Kalau penghasilan kurang dari umr bagaimana bisa bahagia? Untuk bisa bahagia harus cukup kebutuhan standar dan ada sisa untuk ditabung untuk kebutuhan mendesak di masa depan. Sewaktu masih muda sebaiknya membangun aset pasif yang mendatangkan penghasilan walaupun kita tidur di rumah saja kerjaannya. Tujuan pasif income yaitu adalah untuk menjamin masa tua kita bisa tetap hidup yang berkecukupan tidak mengandalkan anak cucu kita untuk bertahan hidup hingga tutup usia.

9. Punya Hobi Yang Menghilangkan Stress dan Murah Meriah

Hobi tidak harus mahal. Hobi mendengarkan musik, nonton tv, koleksi dvd bajakan, main catur, dan lain sebagainya adalah hobi yang murah meriah namun efek yang ditimbulkan sama dengan hobi yang mahal-mahal seperti nongkrong di cafe, koleksi mobil, main golf, dugem (kebiasaan buruk), dan lain-lain.

10. Membiasakan Diri Dengan Pola Hidup Sehat

Yang tidak kalah penting yakni kita harus sehat karena kalau kita punya uang berapa pun jumlahnya kalau kita sakit parah sepanjang hidup kita, kita tidak akan bisa menikmati hidup ini yang hanya sementara saja. Jagalah kesehatan kita selagi bisa dan mampu karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Biasakan hidup sehat dengan pola-pola yang sehat agar saat kita tua / lanjut usia kita bisa tetap bugar sehat walafiat.

Sekian tips kebahagiaan ini saya sampaikan semoga dapat berguna bagi kita semua. Kurang lebih mohon maaf terima kasih.

sosiologi

Sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata, sosiologi dan pendidikan. Kedua istilah ini dari segi etimologi tentu saja berbeda maksudnya, namun dalam sejarah hidup dan kehidupan serta budaya manusia, kedua ini menjadi satu kesatuan yang terpisahkan. Terutama dalam system memberdayakan manusia, dimana sampai saat ini memanfaatkan pendidikan sebagai instrument pemberdayaan tersebut11.

Beberapa pemikiran pakar mengenai sosiologi pendidikan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1991). Menurut George Payne, yang kerap disebut sebagai bapak sosiologi pendidikan, mengemukakan secara konsepsional yang dimaksud dengan sosiolgi pendidikan adalah by educational sosiologi we the science whith desribes andexlains the institution, social group, and social processes, that is the spcial relationships in which or through which the individual gains and organizes experiences”. Payne menegaskan bahwa, di dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok social, proses social, terdapatlah apa yang yang dinamakan social itu individu memproleh dan mengorganisir pengalamannya-pengalamannya. Inilah yang merupaka asepek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.

Charles A. Ellwood mengemukakan bahwa Education Sosiologi is the sciense aims to reveld the connetion at all points between the cdukative process and the social, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses social.

Menurut E.B Reuter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian social dari tiap-tiap individu. Jadi perinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga social itu selalu saling pengaruh mempengaruhi (process social interaction).

F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan social yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakukan social serta perinsip-perinsip untuk mengontrolnya.

E.G Payne secara spesifik memandang sosiolgi pendidikan sebagai studi yang konfrenhensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan analisis sosiologis. Tujuan utamanya ialah memberikan guru-guru, para peneliti dan orang lain yang menaruh perhatian akan pendidikan latihan yang serasi dan efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan (Nasution 1999:4)

Menurut Dictionary of Socialogy, sosiologi pendidikan ialah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.

Menurut Prof. DR.S.Nasution. Sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.

Menurut F.G. Robbins, Sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang bertugas menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidika.

Menurut penulis, Sosiologi pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.

Dengan berbagai definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sosiologi pendidikan merupakan bagian dari matakuliah-matakuliah dasar-dasar kependidikan di lembaga pendidikan tenaga kependidikan dan sifatnya wajib diberikan kepada seluruh peserta didik.

Tujuan sosiologi pendidikan

Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:

Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.

Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.

Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.

Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup social.

Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.

Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.

Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC),2 pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki karakteristik yang unik.

Menurut Nasution (1999:2-4) ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut:

analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat, (4) alat kemajuan dan perkembangan social, (5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi petugas pendidikan.

Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.

Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan sesuatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut, sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.

Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim uapaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan: (1) untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, (2) meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam (3) meningkatkan martabat manusia Indonesia, (4) mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri,mmeningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.

Upaya pencapaian tujuan nasional tersebut adalah untuk menciptakan masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang berpradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggungjawab, berdisiplin, menguasai sumber informasi dalam bidang iptek dan seni, budaya dan agama (Tilaar, 1999). Dengan demikian proses pendidikan yang berlangsung haruslah menciptakan arah yang segaris dengan upaya-upaya pencapaian masyarakat madani tersebut.

Menurut pandangan Nurcholis Majid mengemukakan bahwa masyarakat madani itu adalah masyarakat yang berindikasi seperti termaktub dalam piagam madinah pada zaman Rasulullah Muhammad SAW (Tilaar, 2000).

Saat ini kita mengalami perubahan yang begitu cepat dan drastic, sehingga terjadi perubahan nilai dan menciptakan perbedaan dalam melihat berbagai nilai yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Langgulung (1993:389) “kelompokpertama melihat nilai-nilai lama mulai runtuh sedangkan nilai-nilai baru belum muncul yntuk menggantikan yang lama, sedang kelompok kedua melihat keruntuhan nilali-nilai lama itu, tetapi dalam waktu yang bersamaan dapat melihat bagaimana nilai-nilai lama itu, menyelinap masuk kedalam nilai-nilai baru dan membantu menegakkannya”.

Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat bukan berarti tidak terperhatikan oleh masyarakat. Namun dalam memperhatikan nilali-nilai yang berkembang tersebut, arah yang menjadi anutan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya tidaklah sama. Tidak semua masyarakat secara terarah memahami arah dan tujuan hidup secara benar. Arah dan tujuan yang benar menurut Mulkham (1993:195) adalah “secara garis besar arah dan tujuan hidup manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap. Tahap pertama, mengenai kebenaran, tahap kedua, memihak kepada kebenaran dan tahap terakhir adalah berbuat ikhsan secara dan secara individual maupun social yangb terealisasi dalam laku ibadah”.

Sampai saat ini pendidikan dianggap dapat dijadikan sebagai sarana yang efektif dalam menyadarkan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota komunitas dan masyarakat. Pendidikan akan mengembangkan kecerdasan dan penguasaan ilmu pengetahuan, pada sisi yang lain agama akan semakin popular dan terinternalisasi dalam diri setiap pemeluknya, jika diberikan melalui pendidikan.

Masyarakat sebagai ruang lingkup pembahasan sosiologi pendidikan

Sosiologi disebut juga sebagai ilmu Masyarakat atau ilmu yang membicarakan masyarakat., maka perlu diberikan pengertian tentang masyarakat. Berikut ini adalah pengertian yang diberikan oleh beberapa pakar sosiologi:

Masyarakat merupakan jalinan hubungan social, dan selalu berubah. (Mac Iver dan Page).

Masyarakat adalah kesatuan hidup makhluk-makhluk manusia yang terikat oleh suatu system adat istiadat tertentu. (Koentjaraningkat).

Masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaa. (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).

Menurut Soerjono Soekanto, ada 4 (empat) unsure yang terdapat dalam masyarakat, yaitu:

Adanya manusia yang hidup bersama, (dua atau lebih)

Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menimbulkan system komunikasi dan tata cara pergaulan lainnya.

Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan

Merupakan system kehidupan bersama yang menimbulkan kebudayaan.

Komunitas (communiti) adalah suatu daerah/wilayah kehidupan social yang ditandai oleh adanya suatu derajat hubungan social tertentu. Dasar dari suatu komunitas adalah adanya lokasi (unsure tempat) dan perasaan sekomunitas. (Mac Iver dan Page).

Contohnya: 1). Komunitas yang sangat besar adalah Negara, persekutuan Negara-negara. 2). Komunitas yang besar, adalah kota, dan 3). Komunitas kecil adalah desa pertanian, rukun tetangga, dan sebagainya.

Rabu, 01 Juni 2011

pngalaman

Ada seorang pemuda yang datang ke kota metropolitan untuk ingin menjadi seorang yang populer dan terkenal seantero Indonesia (tingkat RT aja loe ga bisa terkenal). Tapi metropolitan tidak berpihak padanya. Dia akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya (mang nafas loe kaya kepompong). Pergilah dia mencari tempat yang bisa dijadikan untuk gantung diri. Dia berfikir kalau semasa dia hidup tidak bisa menjadi orang tenar biarlah kematiannya yang mejadikan dia seorang yang terkenal.

Mulailah dia melakukan tapak tilas dari stasiun senen menuju manggrai ( yaaelah mau mati aja pakai tapak tilas segala. Sekalian aja bawa obor tu), tapi belum juga di temukan tempat yang strategis untuk mengakhiri hidupnya. Tak terasa sampailah di Pancoran, dilihatnya patung Pancoran yang berada di persimpangan itu.

tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:

Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:

Bergaul dengan orang yang giat belajar
Pernah dengar kan analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita

PENDIDIKAN KETERAMPILAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN



Abstrak Al-Quran sangat mementingkan keterampilan. Keterampilan dalam Al-Quran mencakup banyak hal, mulai dari keterampilan berbahasa, berfikir, ekonomi, berperang, dan sebagainya. Keterampilan diperoleh setelah melalui pendidikan dan latihan dan diiringi dengan kesabaran, keuletan dan ketekunan. Al-Quran mengungkapkan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang paling terampil dalam pekerjaannya ( ahsanukum ‘amala (al-Mulk/67: 2)
Kata kunci: pendidikan, keterampilan, al-quran, kemaslahatan, berbahasa, berfikir, ekonomi, berperang.<!--more-->
PENDAHULUAN
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang menerima amanah Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Ia telah diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan kejadian, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Tin ayat 4 yang artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Manusia juga dibekali dengan bermacam-macam potensi untuk dapat mengolah alam sesuai dengan amanah Allah. Sumber daya alam yang disediakan Allah, umumnya mentah. Manusia harus berfikir dan bekerja keras memanfaatkan dan mengolah alam menjadi siap pakai.
Hampir semua orang mengetahui bahwa untuk meraih kemenangan di dunia global ini sangat penting sekali menguasai sains dan teknologi, serta keterampilan. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa dalam penguasaan sains, teknologi, dan keterampilan harus berlandaskan iman dan keyakinan yang benar, sehingga keterampilan itu tidak dipergunakan pada hal-hal yang dimurkai Allah. Kasus yang sering terjadi sekarang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, keterampilan digunakan untuk merusak bumi, seperti pengeboman terhadap suatu negara, merusak hutan, dan lain sebagainya. Jadi, terampil saja belum cukup bila tidak dilandasi dengan agama. Keterampilan yang tidak agamis akan menjadi bumerang bagi pemiliknya bahkan alam sekitarnya.
Untuk itu, tulisan ini akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan; pengertian, keterampilan yang dilandasi agama, jenis-jenis keterampilan dalam al-Quran.
PENGERTIAN
Pendidikan keterampilan adalah dua kata yang digabung menjadi satu yang terdiri dari kata pendidikan dan keterampilan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Ramayulis, 2006: 13)
Sedangkan keterampilan berasal dari akar kata terampil, yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu, dan cekatan. Selain itu, keterampilan juga berarti kecakapan untuk menyelesaikan tugas. (DEPDIKBUD, 1996: 1043).
Jadi, pendidikan keterampilan dapat diartikan dengan upaya seseorang untuk  mengembangkan potensi dirinya, baik jasmani maupun rohani untuk cakap melaksanakan tugas, dan profesional dalam bidangnya, berfikir sistematis, punya kreasi yang tinggi untuk kehidupan yang lebih sempurna.
Pendidikan keterampilan pada prinsipnya adalah pendidikan yang melibatkan semua potensi yang ada pada jasmani dan rohani. Dari segi jasad, karakteristik manusia memiliki dorongan untuk berkembang, mempertahankan diri dan berketurunan. Dari segi rohani, manusia memiliki keutamaan dari makhluk lainnya, karena Allah menyempurnakan kejadian manusia dengan meniupkan roh kepada jasadnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Hijr/15:29, artinya sebagai berikut; Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiaanya dan telah meniupkan ke dalamnya  roh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Pendidikan keterampilan perspektif al-Quran adalah pendidikan jasmani dan rohani setiap individu agar cakap dalam mengemban tugas sebagai khalifah Allah di muka bumi, dan mendekatkan diri kepada-Nya, berfikir sistematis serta cakap dalam mengaktualisasikan diri dengan bermacam-macam keahlian, sebagaimana yang telah dikisahkan oleh al-Quran tentang kehidupan para Rasul dan salafus shaleh.
JENIS-JENIS KETERAMPILAN
Keterampilan hidup (life skill) berawal dari pemikiran tentang hasil belajar, penguasaan berbagai potensi dasar, rumpun belajar, kompetensi lintas kurikulum dan kompetensi tamatan. Keterampilan hidup yang diperoleh melalui berbagai pengalaman belajar.
Keterampilan hidup terdiri dari:
  1. Keterampilan Diri (Personal)
  2. Keterampilan Berfikir Rasional
  3. Keterampilan Sosial
  4. Keterampilan Akademik
  5. Keterampilan Vokasional (Ramayulis, 2006, )
Keterampilan diri (personal) meliputi penghayatan sebagai makhluk Allah SWT dalam bentuk iman dan takwa. Penghayatan yang dilakukan berulang-ulang dan mendalam akan menghasilkan keterampilan beriman dan bertakwa kepada-Nya. Keterampilan diri juga mencakup kepintaran dalam memotivasi prestasi yang berawal dari dalam diri seseorang untuk melakukan bermacam-macam aktifitas dalam mencapai tujuan, mempunyai komitmen yang tinggi, dan tidak mudah goyah. Selain dari itu, keterampilan diri menjadikan seseorang confident dengan apa yang ditampilkan, karena telah dipersiapkan sebelumnya, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk itu, mandiri, jujur, amanah, tidak tergantung pada orang lain, dapat melaksanakan tugas secara baik, tidak dengan rekayasa serta dapat dipertanggungjawabkan, punya keberanian dan keahlian untuk menyampaikan kepada orang lain dengan cerdas (tabligh dan amanah). (Sumardi Surya Brata: 2005, 70)
Keterampilan berfikir rasional, yaitu keterampilan berfikir kritis dan logis, dengan aktifitas yang abstrak kepada arah yang ditentukan oleh permasalahan yang harus dipecahkan. Berfikir sistematis, berurutan secara tertib dan runtut yang diawali dengan susunan rencana yang matang, tidak tumpang tindih. Bila ditemukan kendala dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan baik.
Keterampilan sosial yaitu keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi yang dapat dipahami oleh pembaca dan pendengar dari strata bawah, menengah, dan akademis, baik secara langsung atau melalui media cetak dan elektronik. Di samping itu, juga terampil bekerja sama dengan mitra kerja, atau orang lain, dan bersedia memperbaiki kesalahan, juga terampil mengadakan lobi-lobi dengan orang lain untuk meng”gol”kan suatu program. Termasuk di dalamnya terampil dalam mengelola konflik, beda pendapat, diskusi, dan lain-lain, terampil mempengaruhi orang lain untuk dapat mendukung idenya.
Keterampilan akademik meliputi berfikir, merancang suatu kegiatan, melaksanakannya sesuai dengan skenario, melaporkan hasil kerja secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Keterampilan akademik juga cekatan dalam menyusun karya tulis ilmiah, baik untuk tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi, serta masyarakat umum, dapat membentuk opini pembaca sesuai dengan yang diharapkan.
Keterampilan vokasional adalah keterampilan yang berhubungan dengan model, prinsip, dan prosedur dalam mengerjakan suatu tugas. Artinya terampil menciptakan produk sesuai dengan konsep, prinsip, prosedur, serta media yang disediakan.
Semakin tinggi kecerdasan suatu bangsa, semakin banyak pula jenis keterampilan yang ditekuni orang. Keterampilan yang disaksikan pada hari ini lebih berkembang dari zaman-zaman sebelumnya, seperti keterampilan mendesain bangunan, keterampilan memahat, mengembangkan agro pertanian, agro bisnis, kelautan, dan lain sebagainya. Keterampilan yang banyak itu dipengaruhi oleh bakat, pembawaan,  lingkungan serta iklim tempat seseorang berdomisili.  Allah berfirman dalam QS. Bani Israil/17: 84 yang artinya: ”Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing” dan firman Allah dalam QS. Al-Lail/92: 4 yang artinya: ”Susungguhnya usahamu bermacam-macam”. Agaknya, Allah SWT ingin menekankan bahwa segala perbuatan manusia berbeda-beda sifat dan bentuknya. Di antaranya ada yang baik dan ada yang buruk, serta ada yang bermanfaat dan ada membahayakan. (Muhammad Abduh: 1998, 199).
Dari segi tujuan, keterampilan ada dua macam. Pertama: keterampilan yang bertujuan untuk kemashlahatan dan kepentingan orang banyak. Kedua: keterampilan yang bertujuan untuk kemashlahatan diri sendiri dalam rangka melangsungkan kehidupan individu dan dipergunakan untuk menafkahi dirinya sendiri.
Keterampilan untuk memperoleh kemashlahatan ini telah digambarkan dalam al-Quran seperti yang dimiliki oleh kaum ’Ad,  mereka mampu membangun rumah tempat tinggal mereka dari sumber daya alamnya yang terdiri dari bukit batu, lalu mereka pahat sampai menjadi tempat berlindung yang nyaman bagi mereka dan keluarganya. Kaum ’Ad sudah mempunyai keahlian yang tinggi dalam pahat memahat batu, hidup mereka makmur dengan pertanian dan arsitek. (Fakhruddin HS, 1992: 9)
KETERAMPILAN DALAM AL-QURAN
Kata yang berarti khusus keterampilan tidak ditemukan dalam ayat al-Quran, tapi yang semakna dengan kata keterampilan cukup banyak, seperti kata ’amalan (عملا), sa’yan (سعيا) , shan’an (صنعا), dan lain sebagainya.
Keterampilan-keterampilan yang digambarkan dalam al-Quran meliputi: keterampilan berbahasa, keterampilan berfikir, keterampilan ekonomi, dan keterampilan berperang.
  1. KETERAMPILAN BERBAHASA
Keterampilan berbahasa adalah kesanggupan pemakai bahasa untuk menanggapi secara betul stimulus lisan dan tulisan, menggunakan pola gramatikal, dan kosa kata secara tepat, menerjemahkan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. (DEPDIKBUD, 1996: 1043).  Ada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (al-istima’), membaca (al-qira’ah), berbicara (al-takallum), dan menulis (al-kitabah). Jadi, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa keterampilan berbahasa meliputi keterampilan dalam menyampaikan ide kepada orang lain, bahasa isyarat, bahasa diam (dalam hati), memperhatikan lawan bicara – yang merupakan nilai islami dan tingkah laku yang manusiawi-, keterampilan memberi komentar terhadap pembicaraan orang lain, keterampilan memahami teks, serta keterampilan menyampaikan pikiran melalui tulisan.
Keterampilan berbahasa juga mencakup keterampilan dalam menyampaikan ide kepada orang lain, baik kepada lawan bicara yang berhadapan secara langsung (face to face) ataupun tidak, serta kemampuan menyesuaikan bahasa yang digunakan (komunikatif) dengan lawan bicara (mukhatab), sehingga pembicaraan mudah dipahami.
Paling tidak ada enam model keterampilan dalam menyampaikan ide kepada mukhatab yang digambarkan oleh al-Quran:
  1. Menyampaikan ide dengan qaulan sadidan/perkataan yang benar (QS. Al-Ahzab/33: 70); adalah bahasa yang bersifat universal, berlaku untuk semua objek audiens, karakter bahasa yang digunakan harus benar dari sudut agama.
  2. Menyampaikan ide dengan qaulan karîman/perkataan yang mulia (QS. Al-Isra’/17: 23); adalah bahasa kepada orang tua atau orang-orang yang lebih senior, bahasa yang digunakan harus mudah dipahami, tidak menggurui, dan ekspresi wajah, sikap tubuh serta intonasi suara yang sopan.
  3. Menyampaikan ide dengan qaulan balîghan/perkataan yang membekas di hati (QS. Al-Nisa’: 63); adalah bahasa kepada orang munafik/ kafir, orang berpenyakit hati lagi mahir logika, bahasa yang digunakan tegas, membekas dan memuat bahasa filsafat praktis dalam memainkan logika.
  4. Menyampaikan ide dengan qaulan layyinan/perkataan yang lembut (QS. Thaha/20: 43-44); adalah bahasa kepada penguasa, pejabat atau atasan yang otoritarian, bahasa yang digunakan bersifat sindiran halus, menyentuh, dan tidak menjatuhkan harga diri serta memakai bahasa yang cantik.
  5. Menyampaikan ide dengan qaulan maisûran/perkataan yang mudah dipahami (QS. Al-Isra’/17: 28); adalah bahasa kepada masyarakat bawah, baik dari segi status sosial, ekonomi maupun intelektual, bahasa yang digunakan sederhana, lmudah dimengerti, memberi fakta konkrit, bermuatan sugesti dan motivasi yang disampaikan simpatik.
  6. Menyampaikan ide dengan qaulan ma’rûfan/perkataan yang pantas/baik (QS. Al-Ahzab/33: 32); adalah bahasa kepada kelompok yang status sosialnya rawan pelecehan, sentifitas psikologis sangat rentan, bahasa yang digunakan baik menurut kriteria agama, pola hidup sosial dan norma-norma adat. (Yoli Hemdi: 2002)
  1. 2. KETERAMPILAN BERFIKIR (AKAL)
Keterampilan berfikir (akal) adalah keterampilan mempergunakan daya akal. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dalam petualangan dan perenungan mencari Tuhan. Ia memikirkan dan merenungkan setiap fenomena alam yang dilihat secara berulang-ulang, sehingga peristiwa itu diabadikan oleh al-Quran dalam QS. al-An’am/6:76-79 yang artinya sebagai berikut: Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, Ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.  Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Selain itu, pada ayat lain juga diceritakan tentang Ibrahim yang mempertanyakan Tuhan-tuhan yang disembah oleh kaumnya berupa patung seperti yang tertera dalam QS. al-Shaffat/ 37: 87-92 yang artinya: Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?. Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata:”Sesungguhnya Aku sakit”. Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang. Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata: “Apakah kamu tidak makan? Kenapa kamu tidak menjawab?”
Ayat-ayat di atas menunjukkan keterampilan berfikir yang dimiliki seorang Ibrahim ketika memperhatikan alam semesta. Menurut Ibrahim alam semesta ini tidak mungkin ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya. (Sayyid Quthb: al-Qahirah, 1137). Pencipta inilah yang dicari-cari oleh Ibrahim, sehingga ia selalu mempertajam akalnya dengan mengamati dan memeperhatikan fenomana alam. Selain itu, akal Ibrahim tidak pernah menerima Tuhan-tuhan dan sembahan-sembahan masyarakat yang berupa patung-patung yang mereka buat sendiri. Oleh karena itu, dengan nada sinis Ibrahim bertanya kepada patung mereka: Apakah kamu tidak makan? Karena ia melihat ada makanan yang paling lezat dan buah-buahan yang tersaji di hadapan patung mereka. (Sayyid Quthb: al-Qahirah, 2993). Tentunya patung-patung tersebut tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ibrahim. Demikianlah orang-orang yang tertutupnya akalnya karena mereka tidak mau melatih keterampilan berfikir seperti yang dilakukan oleh Ibrahim di atas.
Allah selalu mengajak manusia agar terampil berfikir dengan otak dan hatinya sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-’Alaq: 10-14 yang artinya: Seorang hamba ketika mengerjakan shalat. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran. Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?.  Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?. Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?.
Menurut M. Quraish Shihab kata araiata dengan merangkaikan hamzah pada raita makna katanya beralih menjadi ” beritahu aku”, yang bertujuan mengecam apa atau siapa saja yang disebutkan sesudah kalimat itu.
  1. 3. KETERAMPILAN EKONOMI
Mesir adalah negeri subur yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama al-Aziz. Pada suatu malam, raja bermimpi yang sangat aneh . Ia bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai lainnya yang kering. (QS Yusuf/12: 43) Mimpi tersebut menggelisahkan perasaannya, sehingga ia berusaha mencari tahu apa takwil mimpinya. Kemudian raja disarankan oleh seseorang yang pernah ditakwilkan mimpinya oleh Yusuf, untuk menanyakan hal yang sama kepada Yusuf. Yusuf ketika itu adalah seorang narapidana. Kemudian Yusuf memberitahukan bahwa mimpi raja adalah petunjuk bahwa akan terjadi masa subur selama tujuh tahun, kemudian tujuh tahun berikutnya akan terjadi kemarau dan paceklik yang panjang.
Menghadapi suasana sulit yang akan akan terjadi, akhirnya raja mengangkat Yusuf sebagai pegawai tinggi kerajaan dan meletakkannya pada jabatan Menteri Keuangan Negara.  Dalam al-Quran juga dijelaskan bahwa Nabi Yusuf as mengajukan permohonan agar diberi kesempatan untuk menangani urusan tersebut. Yusuf berkata: jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan. (QS. Yusuf/ 12; 55)
Sebagai Menteri Keuangan Negara, Yusuf yang baru berusia 30 tahun bertugas me-manage persediaan sembako kerajaan Mesir. Yusuf menjalankan amanah tersebut dengan pengetahuan dan hikmah yang sudah diajarkan Allah kepadanya. Yusuf muda ternyata sangat cekatan dan terampil serta jujur dapat melaksanakan tugas tersebut.
Selama Nabi Yusuf as menjadi Menteri Keuangan Negara, ia mampu membangun ekonomi rakyat menjadi kuat, kokoh, sehingga negara Mesir semakin makmur. Yusuf membuat stok pangan nasional untuk menghadapi tujuh tahun ke depan dalam musim panas dan peceklik. Persediaan negara cukup untuk mengantisipasinya, sehingga rakyat Mesir tidak mengalami kesulitan ekonomi selama masa itu.
Strategi yang digunakan oleh Yusuf as. telah diceritakan dalam QS. Yusuf/12: 47-48 yang artinya: Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
Ayat di atas menceritakan bahwa Yusuf  menyarankan kepada masyarakat agar bercocok tanam dan meningkatkan produksi pertanian selama masa subur. Selain itu juga dianjurkan agar mereka berhemat dan menyimpan sebagian pendapatan pertaniannya sebagai cadangan dan persiapan untuk mengahadapi masa berikutnya. Hasil panen tersebut biarkan ia tetap pada bulirnya, supaya tahan terhadap serangan ulat dan pengaruh udara (perubahan cuaca). Pisahkanlah dari bulirnya secukupnya untuk dimakan, dan simpanlah sisanya untuk cadangan tahun-tahun berikutnya yang akan dilanda paceklik.
Sayyid Quthb mengomentari ayat tersebut dengan mengatakan: Krisis yang menimpa Mesir didahului dengan masa melimpahnya kekayaan membutuhkan kemampuan dalam menjaga, memelihara, dan me-manage berbagai urusan secara cermat. Untuk mengendalikan penanaman dan hasil panen, serta menjaganya dengan baik dibutuhkan keahlian, pengalaman, kemampuan mengatur dan berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan tugas-tugas tersebut. Keterampilan tersebut dimiliki oleh Yusuf sehingga ia mampu memikul tugas  tersebut dengan baik dan mengeluarkan penduduk Mesir dan sekitarnya dari persoalan yang mereka hadapi. (Sayyid Quthb: 2003, 2014)
Seandainya Yusuf bukan seorang yang terampil di bidang ekonomi, tentu tujuh tahun pertama tidak mampu mengelolanya dengan baik dan dengan disiplin yang tinggi, maka akan terjadi kebocoran di mana-mana, akibatnya tidak dapat dihilangkan kesulitan bagi rakyat Mesir dalam mengahadapi paceklik yang demikian lama dengan kebutuhan masyarakat yang demikian besar. Keahlian dan keterampilan Yusuf, ia dapat mengatasi semuanya dengan baik. (Shalahuddin Hamid, 2003, 61)
4.  KETERAMPILAN BERPERANG
Untuk membela dan mempertahankan komunitas muslim yang baru terbentuk terjadilah peperangan demi peperangan, seperti perang Badar dengan pasukan yang tidak berimbang antara kaum Quraisy yang berjumlah 1000 orang di bawah pimpinan Abu Jahal versus 313 dan orang muslim dengan pimpinan Hamzah ibn Abdul Muthalib yang terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah.
Pasukan muslim selalu memperlihatkan keberanian dan keterampilannya di medan perang dengan harapan syahid karena Allah. Di antara shahabat Rasulullah yang terkenal dengan ketangkasan dalam perang adalah Khalid bin Abdul Walid yang dapat julukan pedang Allah disebabkan kecakapan, dan keterampilannya mengahadapi lawan.
Khalid bin Walid keluar sebagai pemenang yang belum pernah dicatat sejarah sebagaimana digambarkan QS al-Baqarah/2: 249 yang artinya ”Betapa banyak yang terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar. Keterampilan berperang yang diperankan oleh Khalid ibn Walid bukan tidak punya perhitungan dan membabi buta. Jumlah pasukan yang sedikit, terampil dan sabar bahkan itu akan dapat membentengi nyawa ribuan umat Islam lainnya.
Kuda dan persenjataan perang adalah media yang sangat penting di samping mental prajurit, sebagimana yang disebutkan oleh QS al-’Adiyat/  ;1-3 yang artinya: Demi (kuda) yang berlari kencang terengah-engah dan mencetuskan api, menyerang dengan tiba-tiba di wkatu pagi, maka ia menerbangkan debu dan menyerang ke tengah kelompok. Hal di atas menggambarkan keterampilan seorang menggunakan media dalam mencapai sasaran.
KESIMPULAN
Keterampilan sangat penting dikuasai dalam pekerjaan, baik pekerja yang dapat membutuhkan tenaga ataupun fikiran. Keterampilan adalah seni dalam melakukan suatu pekerjaan, dengan begitu aktifitas yang diemban akan terasa indah dan menyenangkan, serta tidak membosankan sehingga dapat mengantarkan seseorang kepada keberhasilan.
Keterampilan itu dapat dimiliki setelah melalui pengalaman yang berulang-ulang, tekun, serta cermat dalam waktu yang relatif lama sehingga sangat erat hubungannya dengan profesionalitas seseorang dalam melaksanakan tugas.
DAFTAR BACAAN
Abdul, M. Tafsir Juz ’Amma, Bandung: Mizan, 1998
Ahmad, M. Abdul Jawwad, Seri Menejemen Islami, Menejemen Diri, Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2004
______________________, Menejemen Rasulullah,(Terj. Nurhasanuddin), Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, t.t.
HS. Fakhruddin, Eksiklopedi Al-Quran, tt: tp, 1992
Husain Muhammad, Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: PT Inter Nusa, 1996
Hamid, Shalahuddin, Kisah-kihas Islami, Jakarta: PT Inti Media Cipta Nusantara, tt.
Agustian, Ari Ginanjar, ESQ. Power, Jakarta: Arga, 2003
Qthb, Sayyid, Fiy Zhilal Al-Quran, Al-Qahirah: Dar al-Syuruq, 2003
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan dan Kesan dan Keserasian Al-Quran, Jakarta: Lentera hati, 2003
Sumadi, Surya Subrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2004